Sesungguhnya dalam kehidupan sehari hari, kita sering
mendapati beberapa sifat dan sikap yang tipis antara yang baik dan yang buruk. Sederhananya
seperti tulisan ini bisa berarti baik jika memang tujuannya untuk berbagi sudut
pandang untuk pertimbangan tapi bisa berarti buruk jika niatnya untuk pamer
atau menyalahkan sudut pandang yang lain. Yang membedakan keduanya hanya niatannya
saja, secara tindakannya adalah sama-sama menulis dan anda menikmati tulisan
ini. Sedangkan niat itu sendiri adalah urusan hati, dimana manusia itu hanya
bisa menebak isi hati orang lain, dan yakinlah namanya menebak itu prosentasi
kebenaran dan kesalahnya sama, walaupun ada yang bilang tebakan yang beralasan
atau berpendidikan jadi prosentasenya banyak benarnya. Tapi saya katakan
keduanya sama-sama kedudukannya hanya tebakan, maka jangan terlalu percaya
dengan tebakan.
Hal yang ingin saya sampaikan adalah, bahwa kita tidak punya
kuasa atas hati orang lain walupun itu hanya menebaknya. Maka ketika kita mencoba
menilai orang lain kita harus menggunakan ukuran yang bisa diukur untuk
memastika pengiraan tebakan kita itu benar. Walaupun saya katakana dengan jelas
kita tidak punya wewenang untuk menebak, hanya saja kita harus tahu membedakan
mana yang baik dan buru. Karena kebiasa kita menebak orang lain akan
mempengaruhi hati kita seolah kita itu yang paling benar, karena terbiasa
menggunakan sudut pandang sendiri untuk menebak.
Kembali ke pokok bahasan tentang percaya diri dan sombong itu
juga tipis adanya. Terkadang yang kita pikir itu sombong adalah percaya diri
dan yang kita pikir percaya diri itu bisa saja sombong. Lalu bagaimana cara
membedakan percaya diri dan sombong dalam kehidupan sehari hari. Pertama,
Percaya diri adalah suatu keadaan dimana dia mencoba menyampaikan dan berkata
sesuai dengan kenyataan. Sedangkan sombong adalah keadaan dimana seorang
membicarakan sesuatu yang tidak bisa dikerjakan dan disampaikan untuk
merendahkan yang lain. Contoh sederhananya ketika hampir seluruh orang dalam
satu kelas itu bisa melakukan loncat jauh 3 meter saja, kemudian si A dengan
santai mengatakan “saya bisa loncat 4 meter”, dan si B mengatakan “kalau hanya
4 meter saja sih saya bisa”. Dalam kasus ini, antara si A dan si B, bahasa yang
kelihatan meremehkan dan terkesan sombong si B, anda pasti setuju karena penekanan
kata “ kalau…..sih bisa” terlihat menyepelekan. Akan tetapi kita tidak bisa
berhenti disitu ketika mau menilai dan membedakan keduanya. Coba ajak mereka
untuk membuktikannya. Kemudian jadilah mereka meloncat untuk membuktikan, dan
hasil loncatnya si A adalah 3,7meter dan Si B benar benar 4 meter. Maka dari
bukti tersebut kita bisa simpulkan si A itulah yang sombong, karena dia
mengucapkan kata kata yang tidak bisa dibuktikan dan diucapakan melebihi teman
teman yang ada. Sedangkan Si B hanya menyampaikan apa yang dia bisa lakukan dan
dengan percaya diri dia menyampaikan yang demikian. Begitulah pemahaman saya
dan pemikiran saya tentang sombong dan percaya diri.
Namun, dalam hidup banyak sekali aspek yang bisa dipakai untuk
menilai dan sesuai dengan keadaan yang ada. Ilmu hidup itu lebih flexsible dari
ilmu lain dan sangat berbeda dengan peraturan peraturan yang ada. Namun saya
sarankan dalam hidup jangan terlalu suka menilai karena itu bisa menyesatkan….
0 komentar:
Posting Komentar