Rabu, 27 Juli 2016

Batas-Batas Perbedaan Percaya Diri Dan Sombong

Sesungguhnya dalam kehidupan sehari hari, kita sering mendapati beberapa sifat dan sikap yang tipis antara yang baik dan yang buruk. Sederhananya seperti tulisan ini bisa berarti baik jika memang tujuannya untuk berbagi sudut pandang untuk pertimbangan tapi bisa berarti buruk jika niatnya untuk pamer atau menyalahkan sudut pandang yang lain. Yang membedakan keduanya hanya niatannya saja, secara tindakannya adalah sama-sama menulis dan anda menikmati tulisan ini. Sedangkan niat itu sendiri adalah urusan hati, dimana manusia itu hanya bisa menebak isi hati orang lain, dan yakinlah namanya menebak itu prosentasi kebenaran dan kesalahnya sama, walaupun ada yang bilang tebakan yang beralasan atau berpendidikan jadi prosentasenya banyak benarnya. Tapi saya katakan keduanya sama-sama kedudukannya hanya tebakan, maka jangan terlalu percaya dengan tebakan.
Hal yang ingin saya sampaikan adalah, bahwa kita tidak punya kuasa atas hati orang lain walupun itu hanya menebaknya. Maka ketika kita mencoba menilai orang lain kita harus menggunakan ukuran yang bisa diukur untuk memastika pengiraan tebakan kita itu benar. Walaupun saya katakana dengan jelas kita tidak punya wewenang untuk menebak, hanya saja kita harus tahu membedakan mana yang baik dan buru. Karena kebiasa kita menebak orang lain akan mempengaruhi hati kita seolah kita itu yang paling benar, karena terbiasa menggunakan sudut pandang sendiri untuk menebak.
Kembali ke pokok bahasan tentang percaya diri dan sombong itu juga tipis adanya. Terkadang yang kita pikir itu sombong adalah percaya diri dan yang kita pikir percaya diri itu bisa saja sombong. Lalu bagaimana cara membedakan percaya diri dan sombong dalam kehidupan sehari hari. Pertama, Percaya diri adalah suatu keadaan dimana dia mencoba menyampaikan dan berkata sesuai dengan kenyataan. Sedangkan sombong adalah keadaan dimana seorang membicarakan sesuatu yang tidak bisa dikerjakan dan disampaikan untuk merendahkan yang lain. Contoh sederhananya ketika hampir seluruh orang dalam satu kelas itu bisa melakukan loncat jauh 3 meter saja, kemudian si A dengan santai mengatakan “saya bisa loncat 4 meter”, dan si B mengatakan “kalau hanya 4 meter saja sih saya bisa”. Dalam kasus ini, antara si A dan si B, bahasa yang kelihatan meremehkan dan terkesan sombong si B, anda pasti setuju karena penekanan kata “ kalau…..sih bisa” terlihat menyepelekan. Akan tetapi kita tidak bisa berhenti disitu ketika mau menilai dan membedakan keduanya. Coba ajak mereka untuk membuktikannya. Kemudian jadilah mereka meloncat untuk membuktikan, dan hasil loncatnya si A adalah 3,7meter dan Si B benar benar 4 meter. Maka dari bukti tersebut kita bisa simpulkan si A itulah yang sombong, karena dia mengucapkan kata kata yang tidak bisa dibuktikan dan diucapakan melebihi teman teman yang ada. Sedangkan Si B hanya menyampaikan apa yang dia bisa lakukan dan dengan percaya diri dia menyampaikan yang demikian. Begitulah pemahaman saya dan pemikiran saya tentang sombong dan percaya diri.

Namun, dalam hidup banyak sekali aspek yang bisa dipakai untuk menilai dan sesuai dengan keadaan yang ada. Ilmu hidup itu lebih flexsible dari ilmu lain dan sangat berbeda dengan peraturan peraturan yang ada. Namun saya sarankan dalam hidup jangan terlalu suka menilai karena itu bisa menyesatkan….

0 komentar:

Posting Komentar